Beranda | Artikel
Kau Duakan Cinta-Nya
Selasa, 20 Oktober 2015

Buletin At-Tauhid edisi 40 Tahun XI
Cinta adalah sesuatu yang tidak akan habis jika dibahas dan dikupas. Karena setiap orang memiliki pengertian dan gambaran masing-masing tentang cinta. Namun pembahasan kali ini akan membahas cinta makhluk kepada Sang Khaaliq. Rasa cinta dalam Islam disebut juga dengan Mahabbah.

Mencintai Allah termasuk ibadah, bahkan hakikat ibadah itu sendiri. Seandainya seorang hamba melakukan ibadah tanpa adanya rasa cinta, maka ibadah tersebut tidak akan pernah terasa nikmat. Berbeda jika seseorang melakukan ibadah dengan rasa cinta kepada Allah, maka ia akan mendapati manisnya iman dalam ibadahnya. Secara umum, rasa cinta dibagi menjadi 2, yaitu rasa cinta yang termasuk ibadah dan rasa cinta yang bukan termasuk ibadah

 

Rasa Cinta yang Bernilai Ibadah

Yaitu rasa cinta yang mengharuskan pelakunya memiliki rasa tunduk dan pengagungan kepada Allah. Melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang. Rasa cinta ini hanya boleh diberikan kepada Allah semata, sehingga tidak boleh jika diberikan kepada selain Allah.

 

Rasa Cinta yang Bukan Ibadah

Rasa cinta ini ada banyak macamnya:

[1] Rasa cinta karena Allah

Contohnya mencintai seseorang karena orang tersebut adalah orang yang gemar melakukan amal shalih seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain.

 

[2] Rasa cinta karena kasih dan sayang

Contohnya menyayangi anak kandungnya, orang-orang lemah, orang-orang sakit, anak kecil dan lain-lain.

 

[3] Rasa cinta karena peghormatan

Contohnya rasa cinta seorang anak kepada kedua orang tuanya, rasa cinta seseorang kepada gurunya dan kepada orang yang lebih tua darinya.

 

[4] Rasa cinta yang merupakan tabiat manusia

Contohnya rasa cinta terhadap suatu makanan, minuman, pakaian, kendaraan, rumah dan lain-lain.

 

Sedangkan secara hukum Islam, rasa cinta dibagi menjadi 4 jenis

1. Cinta yang hukumnya wajib

Cinta yang hukumnya wajib adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Mencintai apa yang Allah dan Rasul-Nya cintai, dan membenci apa yang Allah dan Rasul-Nya benci. Misalnya mencintai orang yang mentauhidkan Allah, dan membenci orang yang menyekutukan Allah. Mencintai orang yang menjalankan sunnah Nabi, dan membenci orang yang tidak mau melakukan apa yang Nabi contohkan.

 

2. Cinta yang hukumnya mubah

Cinta yang ini hukumnya boleh, karena hal ini merupakan tabi’at setiap manusia, yang tidak boleh tidak setiap manusia memilikinya. Misalnya adalah rasa cinta orang tua kepada anaknya, dan sebaliknya. Rasa cinta suami kepada istrinya, dan sebaliknya.

 

3. Cinta yang hukumnya haram

Syarat cinta menjadi haram adalah jika rasa cinta itu melebihi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (Q.S. At-taubah : 24)

 

4. Cinta yang hukumnya syirik

Cinta yang hukumnya syirik adalah rasa cinta yang disertai pengagungan dan ketundukan. Dua hal tersebut yang menjadi tolak ukur apakah status cinta yang hukum asalnya mubah atau haram menjadi cinta yang hukumnya syirik. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah” (Q.S. Al-Baqarah : 165). Ayat di atas memiliki 2 tafsiran, yaitu :

[1] Rasa cinta orang-orang musyrik kepada berhalanya, sama dengan rasa cinta orang-orang yang beriman kepada Allah.

[2] Orang-orang musyrik selain mencintai Allah, mereka juga memberikan rasa cinta kepada selain Allah. Mereka menduakan Allah dalam cintanya.

 

Mendapatkan Manisnya Iman dengan Mencintai Allah

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda,  “Ada 3 hal, jika seseorang memilikinya ia akan merasakan manisnya Iman, yaitu :

[1] ia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,

[2] ia mencintai seseorang karena cinta kepada Allah,

[3] dan ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan kembali ke neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Tirulah Cintanya Shahabat Umar

Simaklah sebuah kisah dari seorang shahabat yang Mulia, Umar bin Khattab Radhiyallahu‘anhu tentang rasa cintanya kepada Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam.

Umar berkata, “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah orang yang paling aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku sendiri.” Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam berkata, “Tidak! Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri.” Maka Umar berkata kepada Nabi, “Sekarang ini, Demi Allah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda, “Sekarang (telah sempurna rasa cintamu padaku) wahai Umar.” (HR. Al-Bukhari)

 

Penutup

Tidaklah pantas bagi seorang muslim, cintanya kepada Allah ia duakan karena lebih mendahulukan cintanya kepada manusia, hartanya, tempat tinggalnya dibanding cintanya kepada Allah. Sehingga ketika perintah Allah bertabrakan dengan kepentingan dunianya, maka ia tinggalkan perintah Allah tersebut. Dari Shahabat Anas, Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah (sempurna) iman kalian sampai aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

 

Referensi: Al-Qaulul Mufid ála Kitabit Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Útsaimin

 

Penulis : Wiwit Hardi P. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)

Ziyadah

4 Amalan Menggapai Cinta Ilahi

 

Dari Mu’adz bin Jabal –Radhiyallahu ‘anhu– beliau berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Allah Ta’ala berfirman (artinya) : ‘Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku dan orang yang saling menasehati karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku serta orang yang saling berkorban karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya. Para Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan kedudukan mereka ini’” (HR. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad dan dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih Jami’ ash-Shaghir no. 4198).

 

Penjelasan Hadits

Semua orang merasa mencintai Allah, tidak terkecuali pengikut agama Yahudi ataupun Nashrani. Semua merasa telah mencintai Allah dan beragama pun karena ingin mencintai Allah. Orang Nashrani ingin menunjukkan kecintaannya kepada Allah, terkadang ada yang sesuai dengan kehendak Allah dan ada juga yang menyelisihi kehendak Allah. Orang Yahudi mencintai Allah dan muslimin yang jahil juga mencintai Allah. Namun mereka tidak dicintai Allah kecuali bila mereka berada diatas perkataan dan amalan yang membuat Allah cinta dan ridha kepadanya.

Sebagian salaf menyatakan: “yang penting bukan mencintai namun yang sangat penting sekali adalah bagaimana dicintai“. Kalau demikian, seseorang akan berusaha untuk mencapai dan mendapat kecintaan Allah. Kecintaan Allah kepada manusia adalah sesuatu yang diinginkan oleh semua orang. Namun hal ini hanya dapat tercapai dengan semangat mencari ilmu dan mengenal amalan dan perkataan yang Allah cintai dan ridhai. Sebab bila kamu mengetahui bagaimana Allah mencintai hambaNya atau mengetahui sebab-sebab Allah mencitai hambaNya maka akan muncul usaha untuk mendapatkan kecintaan Allah.

 

Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjelaskan amalan yang dapat mendatangkan kecintaan dari Allah Ta’ala yang langsung dengan ungkapan firman Allah Ta’ala . Hadits demikian dinamakan para ulama dengan hadits qudsi.

Dalam hadits qudsi ini Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk mewujudkan empat hal yang menjadi sebab kita menjadi hamba-Nya yang dicintai : 1. Perintah saling mencintai karena Allah; 2. Perintah saling menasehati karena Allah; 3. Perintah saling menyambung persaudaraan karena Allah; 4. Perintah saling berkorban karena Allah. Demikianlah Allah tunjukkan kepada kita empat amalan menggapai kecintaan ilahi.

 

Kemudian diantara langkah-langkah mewujudkan hal tersebut adalah: 1. Memperbaiki aqidah dan iman hingga menjadi sempurna; 2. Mengingat keempat amalan ini dicintai dan diridhai Allah; 3. Menelaah benar sirah (sejarah kehidupan) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para salaf ash-shalih dan mempraktekkannya. Caranya dengan mengetahui konsep dan tuntunan ajaran mereka sehingga akan muncul keinginan dan kecintaan untuk meniti dan mengikuti jejak langkah mereka; 4. Mengingat akibat baik dan pahala yang didapatkan dari empat amalan ini. Semoga kita dapat mewujudkannya.

 

Beberapa Pelajaran dari Hadits ini

 

1. Saling mencintai, menasehati, menyambung persaudaraan dan berkorban karena Allah adalah 4 amalan menggapai cinta ilahi;

2. Urgensi empat amalan ini yang akan memperkokoh barisan, menyatukan langkah dan mempertautkan hati. Wallahu a’lam

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.

Artikel Muslim.Or.Id (dengan sedikit perubahan oleh redaksi)


Artikel asli: https://buletin.muslim.or.id/kau-duakan-cinta-nya/